Minggu, 28 April 2013
PANORAMA CANDI JABUNG
Tahukah
kamu selain Gunung Bromo, Probolinggo juga mempunyai tempat wisata lain seperti
Candi Jabung. Candi ini adalah satu –
satunya mahakarya yang terletak di Probolinggo.
Berlokasi di desa Jabung Candi, kecamatan Paiton,
Probolinggo, candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang berdiri
pada tahun 1354 M yang mempunyai ukuran : panjang = 13,11 m, lebar = 9,58, dan
tinggi = 15,58. Sisi uniknya, candi ini tidak terbuat dari batu seperti halnya
candi – candi yang kita kenal melainkan dari batu bata merah berkualitas tinggi
yang kemudian di ukir dalam bentuk relief. Bangunan candi terdiri dari dua
bangunan utama yang terdiri atas satu bangunan besar dan yang satu bangunan
kecil dan biasa disebut Candi Sudut. Meskipun terbuat dari batu bata, candi ini mampu
bertahan sampai ratusan tahun.
Seperti
halnya candi – candi lain, Candi Jabung juga terdiri dari bagian kaki candi
yang bertingkat tiga dan tubuh candi yang berbentuk silinder segi delapan serta
atap candi yang menyerupai bentuk stupa, namun bagian atas atap sudah runtuh di makan aus.
Sedangkan letak pintu bilik candi berada disebelah barat, maka Candi Jabung
menghadap ke arah barat.
Menurut sejarah di dalam kitab Nagara
Kertagama dan Pararaton, Candi Jabung di kenal dengan nama
Bajrajinaparamitapura. Di sebutkan dalam kitab tersebut, candi Jabung pernah di
kunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359 M Candi Jabung yang ditahbiskan
sebagai bangunan suci dengan nama Bajrajinaparamitapura, dalam Nagarakrtagama
disebut Candi Kalayu, sementara dalam Kitab Pararaton disebut Candi
Sajabung, merupakan makam dan bangunan suci untuk pemujaan bagi tokoh wanita
keluarga Hayam Wuruk, bernama Brha Gundal, didirikan pada pertengahan abad XIV
Masehi.
Candi Jabung juga merupakan candi
yang memiliki perpaduan siwaisme dan buddhisme. Pahatan relief Sri Tanjung
siwaistik, sementara kemuncak stupa buddhistik. Legenda Sri Tanjung pada
dasarnya mengisahkan fitnahan terhadap Sri Tanjung, seorang dewi yang sangat
cantik, isteri Raden Sidapaksa, yang berakhir dengan kematian/pembunuhan Sri
Tanjung. Karena tidak bersalah, maka Sri Tanjung dihidupkan
kembali oleh para dewa dan bertempat tinggal di kediamannya semula sebelum
kawin. Raden Sidapaksa disuruh oleh Betari Durga untuk pergi ke kediaman Sri
Tanjung, namun isteri yang teraniaya ini menolak untuk rujuk kembali, kecuali
apabila Raden Sidapaksa dapat membunuh dan membawa rambut (si pemfitnah) untuk
dijadikan kesed (pembersih kaki) Sri Tanjung. Setelah permintaan tersebut
terlaksana, suami-isteri itu kembali bersama-sama.
Pemugaran pertama Candi Jabung dilaksanakan
pada tahun 1354 Masehi. Kemudian candi tersebut dipugar kembali pada tahun 1983
meliputi pemasangan perancah, pendokumentasian dan penggambaran, pembongkaran bagian-bagian
yang rusak, pemasangan batu isian serta perapian lingkungannya. Dalam kegiatan tersebut
terjadi sedikit hambatan, yaitu kesulitan memperoleh bata merah berukuran besar
di Desa Jabung Candi maupun di wilayah Kecamatan Paiton, sehingga untuk
mengatasinya terpaksa didatangkan dari daerah lain. Setelah pemugaran selesai,
Candi Jabung sudah bisa dinikmati wisatawan sampai sekarang.
Label: Langkah Kaki
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)